Pada bulan Desember 1850 Harriet Tubman kembali ke Selatan untuk melakukan penyelamatan pertama yang berani, membebaskan dua anak dari keponakannya Kizzy dan Kizzy dari perbudakan. Selama sepuluh tahun berikutnya, Harriet akan bertindak sebagai kondektur di Kereta Api Bawah Tanah, membantu budak dalam pelarian mereka menuju kebebasan. Dia melakukan sekitar 13 penyelamatan, membimbing sekitar 70 budak melalui Kereta Api Bawah Tanah. Banyak dari budak ini adalah kerabatnya.
Bahaya dan Tindakan Budak Buronan
Dengan berlakunya Undang-Undang Budak Buronan pada tahun 1850, penerbangan ke utara menjadi lebih berbahaya. Budak yang kabur tidak lagi aman di Amerika Serikat bagian Utara. Undang-Undang Budak Buronan mengatakan budak buronan yang ditangkap harus dikembalikan ke majikan mereka di Selatan. Orang yang tertangkap menyembunyikan atau membantu budak yang melarikan diri di Utara dapat didenda atau dipenjarakan.
Kereta Api Bawah Tanah meluas melalui negara bagian utara dan ke Kanada di mana budak yang melarikan diri dilindungi oleh hukum. Penangkap budak terus-menerus memburu budak buronan dengan harapan mendapatkan keuntungan besar. Sementara semua orang yang terlibat dalam Kereta Api Bawah Tanah mengambil risiko, budak yang melarikan diri seperti Harriet Tubman harus khawatir akan ditangkap sendiri. Dengan setiap penyelamatan, Harriet berisiko kehilangan kebebasannya. Jika tertangkap, dia akan dikirim kembali ke Selatan, dipukuli, dan kemungkinan besar akan mati dini di ladang.
Penyelamatan Kedua
Perjalanan kedua Harriet ke Selatan terjadi pada musim semi tahun 1851. Dia pergi untuk menyelamatkan saudara laki-lakinya James. Selain James, dia juga memimpin dua budak buronan lainnya, kemungkinan teman saudara laki-lakinya, menuju kebebasan. Dengan keberhasilan penyerangan keduanya, Harriet kini menjadi konduktor berpengalaman. Menghitung pelariannya sendiri, dia telah dengan aman menavigasi Kereta Bawah Tanah tiga kali.
John Tubman
Harriet menghabiskan musim panas dengan bekerja dan menabung untuk penyelamatan berikutnya. Dia berencana untuk bersatu kembali dengan suaminya John Tubman. Ketika Harriet awalnya melarikan diri, John menolak untuk pergi bersamanya. Dia bahkan mengancam akan menyerahkannya jika dia menyebabkan masalah. John menyukai hidupnya di Maryland dan tidak ingin pergi. Namun, Harriet berharap untuk memberitahunya tentang kehidupan barunya di Pennsylvania dan meyakinkan dia untuk kembali bersamanya sehingga mereka bisa menjadi sebuah keluarga lagi.
Pada musim gugur tahun 1851, Harriet melakukan perjalanan kembali ke Maryland dan bersembunyi di dekat tempat tinggal John Tubman. Dia segera menemukan, bagaimanapun, bahwa John tidak tertarik pergi ke utara. Faktanya, dia menemukan bahwa dia tinggal dengan wanita lain. Harriet sangat kecewa dan sedih dengan berita ini.
Meski sedih, Harriet melihat ada kesempatan. Dia sudah berada di Selatan dan menyiapkan rencana penyelamatan. Jika John Tubman tidak ingin pergi ke utara, dia akan memimpin orang lain menuju kebebasan. Harriet mengirimkan berita dan segera memiliki sebelas 'penumpang' siap untuk melakukan perjalanan dengan Kereta Bawah Tanah termasuk saudara laki-lakinya William dan pacarnya Catherine.
Harriet memimpin kelompok yang terdiri dari sebelas budak buronan sampai ke Kanada. Setelah Fugitive Slave Act tahun 1851, dia tidak lagi mempercayai 'Paman Sam' dengan penumpangnya dan sekarang menganggap Kanada sebagai 'Tanah Perjanjian.' Sepanjang jalan, beberapa sejarawan berpikir bahwa Harriet dan sebelas orang tinggal di rumah seorang abolisionis terkenal, Frederick Douglass.
Konduktor yang Berpengalaman
Dengan setiap penyelamatan, kepercayaan Harriet tumbuh. Dia memperoleh kontak baru di Kereta Api Bawah Tanah dan memvariasikan rute pelariannya. Sebagian besar penyelamatannya terjadi pada musim semi dan musim gugur saat malam panjang, tetapi tidak terlalu dingin. Harriet merencanakan penyelamatannya dengan sangat detail. Dia menggunakan kata-kata kode dan terkadang menyanyikan himne spiritual untuk memberi tanda apakah jalannya aman. Dia melakukan perjalanan di malam hari dan membawa senjata untuk perlindungan dari penangkap budak. Beberapa cerita menceritakan tentang dia menggunakan pistol untuk memaksa pelarian yang ketakutan agar tidak berbalik dan membahayakan seluruh pihak.